Dalam perjalanan sejarah penelitian perkemb.angan penguasaan bahasa oleh individu ada yang menganut pandangan universal atau kesamaan (universal of similarity) dan ada yang menganut pandangan perbedaan individual (individual differences), teori universalitas dari Noam Chomsky.
Pada umumnya para ahli psikologi menganut pandangan universal atau kesamaan, pandangan ini berkeyakinan bahwa individu dalam perkembangan penguasaan bahasa secara kuat terutama dipengaruhi oleh kematangan genetikal. Artinya, mereka berkeyakinan bahwa kematangan secara genetikal akan sangat menentukan kompetensi berbahasa seseorang (Golfield dan Snow, 1985; Wells, 1986). Dengan teori Language Acquisition Device, Noam Chomsky berkeyakinan bahwa faktor bawaan sebagai alat penguasaan bahasa memungkinkan anak mampu mengkombinasikan kata-kata ke dalam ucapan-ucapan yang memiliki konsistensi gramatikal serta mampu memahami pembicaraan orang lain pada usia dini (Berk, 1989).
Parpenult mengemukakan pandangan barunya sebagai kritik terhadap paham universal, bahwa paham universal akan cenderung dapat diatributkan kepada pengalaman pengalaman secara umum pada semua anak sebagaimana mereka mengatributkannya kepada faktor bawaan sebagai alat penguasaan bahasa yang kemudian dikenal dengan Innate Language Acquisition Device (ILAD). Paham genetik atau universal menyebabkan kesulitan atau bahkan tidak mungkin mengidentifikasi kejadian-kejadian penting dalam berbahasa. Oleh karena itu, dalam perkembangan selanjutnya para peneliti tidak hanya ingin mendeskripsikan perkembangan bahasa saja melainkan berusaha memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap bagaimana bahasa tersebut diperoleh (Hardy-Brown, 1983).
Pentingnya perbedaan individual dalam perkembangan bahasa tidak hanya pada banyaknya penguasaan kosakata melainkan juga dalam arah, bentuk, atau pola perkembangan bahasa.
Nelson adalah orang pertama yang mengidentifikasi pentingnya perbedaan individu dalam bentuk perkembangan bahasa sehingga hasil penelitiannya didokumentasikan dan disebarluaskan pada penelitian-penelitian selanjutnya (Bretherton et al., 1982). Menurut hasil penelitian Nelson, misalnya saja anak umur 1-2,5 tahun umumnya menguasai sekitar 50 kata, namun sesungguhnya pada anak-anak itu terjadi perbedaan kata-kata dan frasa yang mereka hasilkan. Sebagian besar dari mereka belajar bahasa dalam bentuk yang disebut dengan istilah “gaya referensial” (referential style) (Berk, 1989). Kosakata awal yang mereka kuasai sebagian besar adalah kata benda serta sebagian kecil kata kerja dan kata sifat. Sementara itu, ada sebagian kecil dari mereka yang belajar bahasa dalam bentuk yang disebut dengan istilah “gaya ekspresif ” (expressive style) (Berk, 1989). Anak-anak ini lebih banyak menggunakan kata ganti kata benda (pronouns) dan kondisi-kondisi sosial (seperti: “hentikan itu”, “saya mau itu”, “apa yang kamu inginkan”, dan sejenisnya). Hanya sebagian kecil kata benda, kata kerja, dan kata sifat yang mereka gunakan.
Lebih lanjut Nelson (Bretherton et al., 1982) mengatakan bahwa ada dua tipe perkembangan anak dalam penguasaan bahasa.
1. Anak yang bertipe referensial cenderung berpandangan bahwa sebagian besar bahasa digunakan untuk membicarakan benda-benda.
2. Anak yang bertipe ekspresif cenderung berpandangan bahwa sebagian besar bahasa digunakan untuk membicarakan dirinya dan orang lain sekaligus untuk mengekspresikan perasaan, kebutuhan, dan kondisi sosial lainnya.
Pada umumnya para ahli psikologi menganut pandangan universal atau kesamaan, pandangan ini berkeyakinan bahwa individu dalam perkembangan penguasaan bahasa secara kuat terutama dipengaruhi oleh kematangan genetikal. Artinya, mereka berkeyakinan bahwa kematangan secara genetikal akan sangat menentukan kompetensi berbahasa seseorang (Golfield dan Snow, 1985; Wells, 1986). Dengan teori Language Acquisition Device, Noam Chomsky berkeyakinan bahwa faktor bawaan sebagai alat penguasaan bahasa memungkinkan anak mampu mengkombinasikan kata-kata ke dalam ucapan-ucapan yang memiliki konsistensi gramatikal serta mampu memahami pembicaraan orang lain pada usia dini (Berk, 1989).
Parpenult mengemukakan pandangan barunya sebagai kritik terhadap paham universal, bahwa paham universal akan cenderung dapat diatributkan kepada pengalaman pengalaman secara umum pada semua anak sebagaimana mereka mengatributkannya kepada faktor bawaan sebagai alat penguasaan bahasa yang kemudian dikenal dengan Innate Language Acquisition Device (ILAD). Paham genetik atau universal menyebabkan kesulitan atau bahkan tidak mungkin mengidentifikasi kejadian-kejadian penting dalam berbahasa. Oleh karena itu, dalam perkembangan selanjutnya para peneliti tidak hanya ingin mendeskripsikan perkembangan bahasa saja melainkan berusaha memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap bagaimana bahasa tersebut diperoleh (Hardy-Brown, 1983).
Pentingnya perbedaan individual dalam perkembangan bahasa tidak hanya pada banyaknya penguasaan kosakata melainkan juga dalam arah, bentuk, atau pola perkembangan bahasa.
Nelson adalah orang pertama yang mengidentifikasi pentingnya perbedaan individu dalam bentuk perkembangan bahasa sehingga hasil penelitiannya didokumentasikan dan disebarluaskan pada penelitian-penelitian selanjutnya (Bretherton et al., 1982). Menurut hasil penelitian Nelson, misalnya saja anak umur 1-2,5 tahun umumnya menguasai sekitar 50 kata, namun sesungguhnya pada anak-anak itu terjadi perbedaan kata-kata dan frasa yang mereka hasilkan. Sebagian besar dari mereka belajar bahasa dalam bentuk yang disebut dengan istilah “gaya referensial” (referential style) (Berk, 1989). Kosakata awal yang mereka kuasai sebagian besar adalah kata benda serta sebagian kecil kata kerja dan kata sifat. Sementara itu, ada sebagian kecil dari mereka yang belajar bahasa dalam bentuk yang disebut dengan istilah “gaya ekspresif ” (expressive style) (Berk, 1989). Anak-anak ini lebih banyak menggunakan kata ganti kata benda (pronouns) dan kondisi-kondisi sosial (seperti: “hentikan itu”, “saya mau itu”, “apa yang kamu inginkan”, dan sejenisnya). Hanya sebagian kecil kata benda, kata kerja, dan kata sifat yang mereka gunakan.
Lebih lanjut Nelson (Bretherton et al., 1982) mengatakan bahwa ada dua tipe perkembangan anak dalam penguasaan bahasa.
1. Anak yang bertipe referensial cenderung berpandangan bahwa sebagian besar bahasa digunakan untuk membicarakan benda-benda.
2. Anak yang bertipe ekspresif cenderung berpandangan bahwa sebagian besar bahasa digunakan untuk membicarakan dirinya dan orang lain sekaligus untuk mengekspresikan perasaan, kebutuhan, dan kondisi sosial lainnya.
Gaya anak dalam mempelajari bahasa, baik tipe referensial atau ekspresif, berkaitan dengan aspek-aspek lain dari perkembangan bahasanya dan dapat dijelaskan berikut ini.
1. Anak-anak yang bertipe ekspresif cenderung menggunakan kata ganti kata benda (pronouns) dalam membuat kalimat, sedangkan anak-anak yang bertipe referensial cenderung menunjukkan kemampuan mengartikulasikan kalimat dengan jelas dan penguasaan kosakatanya cenderung lebih cepat.
2. Anak-anak yang bertipe referensial cenderung mengatakan benda-benda dalam bentuk kalimat dengan menggunakan label-label. Anak-anak yang bertipe ekspresif cenderung mampu mengatakan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan frasa-frasa sosial.
1. Anak-anak yang bertipe ekspresif cenderung menggunakan kata ganti kata benda (pronouns) dalam membuat kalimat, sedangkan anak-anak yang bertipe referensial cenderung menunjukkan kemampuan mengartikulasikan kalimat dengan jelas dan penguasaan kosakatanya cenderung lebih cepat.
2. Anak-anak yang bertipe referensial cenderung mengatakan benda-benda dalam bentuk kalimat dengan menggunakan label-label. Anak-anak yang bertipe ekspresif cenderung mampu mengatakan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan frasa-frasa sosial.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan. Perkembangan bahasa juga bervariasi, akibatnya akan sangat mungkin antara
individu yang satu dengan individu lainnya berbeda kemampuan bahasanya.
Kemampuan berbahasa akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, semakin luas dan bervariasinya lingkungan hidup serta lingkungan pergaulan. Perluasan dan kompleksitas interaksi dengan lingkungan akan sangat mewarnai perkembangan kemampuan berbahasanya (Neugarten, 1976).
0 komentar:
Posting Komentar